MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK SANTRI HARI RABU KAMIS (POSAHARUKA) UNTUK MENINGKATKAN AKHLAK MULIA SANTRI
Nina Rahmi1, Ahmad Sukandar2, Mumung Mulyati3
Universitas Islam Nusantara Bandung 1,2,3
Email: [email protected]1, sukandarahmad@gmail.com2, mumungmulyati2017@gmail,com3
ARTICLE INFO |
ABSTRACT |
Date received : 02-10-2022 Revision date : 08-10-2022 Date received : 10-10-2022 |
Penelitian ini
di latar belakangi oleh pentingnya manajemen pembelajaran pondok santri hari rabu
kamis (POSAHARUKA) untuk meningkatkan akhlaq santri yakni bagaimana proses belajar mengajar dapat tercapai dengan baik efektif dan efisien diperlukan manajemen yang baik dalam bekerja bersama sama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi program peningkatan
akhlak, mengevaluasi serta mengetahui dampak mulia melalui kegiatan
Posaharuka peserta didik MA Al-Huda Kecamatan Pameungpeuk Bandung,. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Perencanaan
kegiatan Posaharuka dalam pelaksanaannya memiliki tujuan untuk meningkatkan
akhlak mulia, menumbuhkan mental percaya diri, dan kemandirian peserta didik.
2) Pelaksanaan kegiatan Posaharuka, dengan beberapa komponen yang saling
menguatkan dan berkaitan terdiri dari tujuan pembelajaran, strategi, materi,
kurikulum, media, evaluasi, pembelajar, waktu, tempat, umpan balik,
pendekatan, dan hasil pembelajaran. 3) Evaluasi, berkaitan dengan pengukuran
manfaat atau nilai untuk memperoleh kegiatan proses yang lebih baik di masa mendatang. 4)
Faktor penunjang dan penghambat dengan mendapat dukungan penuh dari kepala
sekolah MA Al-Huda, sarana prasarana yang memadai dan ditunjang kurikulum. ABSTRACT This research is motivated by the importance of the management of Islamic
boarding school learning on Wednesday Thursday (POSAHARUKA) to improve the
morals of students, namely how the teaching and learning process can be
achieved effectively and efficiently, it requires good management in working
together. The purpose of this study was to identify moral improvement
programs, evaluate and determine the noble impact through Posaharuka
activities for students of MA Al-Huda, Pameungpeuk District, Bandung,. The
method used in this study is a descriptive method with a qualitative
approach. The results of this study indicate that 1) Posaharuka activity
planning in its implementation has the aim of increasing noble character,
fostering mental self-confidence, and independence of students. 2)
Implementation of Posaharuka activities, with several mutually reinforcing
and related components consisting of learning objectives, strategies,
materials, curriculum, media, evaluation, learners, time, place, feedback,
approaches, and learning outcomes. 3) Evaluation, relating to the measurement
of benefits or values to obtain better process activities in
the future. 4) Supporting and inhibiting factors by getting full support from
the MA Al-Huda school principal, adequate infrastructure and supported by the
curriculum |
Kata Kunci: Manajemen pembelajaran; Santri; Akhlaq Keywords: Learning management; Students; morals |
PENDAHULUAN
Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh sebuah organisasi, instansi, atau lembaga-lembaga pendidikan
dan lembaga umum, semuanya memerlukan manajemen. Karena melalui manajemen akan
mampu mengorganisir semua rencana tujuan yang sudah ditargetkan ketercapaiannya
oleh organisasi, instansi atau lembaga-lembaga lainnya (SUGIARTI,
2021). Tujuan yang sudah
ditetapkan melalui pelaksanaan semua kegiatan-kegiatan dalam perjalanannya
tidak akan berjalan dengan maksimal, tanpa adanya proses manajemen, yakni
tujuan tidak akan sesuai dengan harapan.
�������� Manajemen adalah seni melaksanakan
sebuah pekerjaan melalui orang-orang. Yakni bagaimana proses belajar mengajar
dapat tercapai dengan baik efektif dan efisien diperlukan manajemen yang baik
dalam bekerja bersama sama (Rukajat, 2018).
������� Menurut (Batlajery, 2016) Implementasi
manajemen memiliki fungsi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan,
Fungsi tersebut yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
memimpin (leading) dan pengendalian (controlling). Persiapan yang disusun
dengan baik dan matang dengan melibatkan orang banyak atau pihak lain supaya
mengetahui apa yang diharapkan dari rangkaian persiapan itu dapat terwujud
dengan baik. Pembelajaran berasal dari
kata belajar yang memiliki pengertian berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu
yang belum dimiliki sebelumnya, sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu,
memahami atau mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Rizqiyana, 2020). Istilah pembelajaran
terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 bab 1 yang memiliki pengertian proses
interaksi santri dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan
belajar.Dangeng menyebutkan bahwa
pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam pengertian ini
berarti dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. (Amsari, 2018) menambahkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku, sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
�������� Proses pembelajaran tidak terlepas
dari kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Faizah, 2017) bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, atau perubahan yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman. Salah satu tanda seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut
baik menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun nilai
dan sikap.
Berdasarkan pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terdiri dari pelajar dan pembelajar.
Belajar berarti subjek belajar sedangkan pembelajaran adalah subjek yang membelajarkan
pelajar dengan mengaktifkan dua aktivitas yakni pembelajaran juga dapat
diartikan sebagai perubahan dalam mental percaya dirinya sebagai hasil
interaksi antara dirinya dengan pendidik atau sumber belajar pada lingkungan
belajar (Fathurrohman,
2017). Pembelajaran Posaharuka
adalah salah satu metode pembelajaran untuk mengukur sejauh mana santri dalam
perubahan sikap, kognitif, emosional serta mental percaya diri. Pembelajaran
Posaharuka dalam prosesnya meliputi kemampuan berkomunikasi, berinteraksi,
kemampuan kognitif, emosional, yang menjadi aspek terpenting dalam pendidikan.
Dalam hal ini maju dan mundurnya, berhasil atau tidaknya dalam mewujudkan
target capaian yang telah ditentukan, menjadi salah satu ukuran untuk menilai
sebuah pendidikan.
��������� Upaya mengembangkan pengetahuan perlu
adanya peningkatan serta perbaikan pengetahuan, yang berhubungan dengan
manajemen pembelajaran atau kegiatan menyampaikan pengetahuan yang dilakukan
menurut fungsional dan berproses di tempat siswa belajar (Hidayat,
Sauri, & Setiawan, 2022). Oleh karenanya proses
yang baik dalam manajemen pembelajaran dan berkualitas sangat diperlukan ,
sehingga capaian pembelajaran dapat terwujud dengan baik sesuai harapan.
�������� ��upaya manajemen
pembelajaran, pendidik atau guru untuk mengupayakan kondisi sesuai harapan bisa
berhasil, apabila :
1. Didapati dengan akurat
berbagai macam penyebab yang dapat menjadi penunjang dalam terciptanya kondisi
yang menguntungkan dalam kegiatan pendidikan.
2. Diketahui penyebab yang muncul
serta bisa merugikan suasana dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Dikuasainya macam-macam
strategi, pendekatan, metode serta teknik dalam kegiatan pembelajaran serta
ditemukan pula kapan dan untuk masalah yang mana pendekatan tersebut digunakan.
METODE
Penelitian ini,
menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif
karena untuk menyajikan gambaran mengenai hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, yaitu tentang Manajemen
Pembelajaran Pondok Santri Hari Rabu Kamis (POSAHARUKA) untuk Meningkatkan
Akhlak Mulia Santri di MA Al-Huda Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung. Menurut (AK
& ZA, 2015) bahwa
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.Menurutnya, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (utuh).
������� Penelitian deskriptif
menurut (Mulyadi,
2012) adalah metode penelitian
deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan variable mandiri, baik hanya
pada sat variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri atau variabel bebas)
tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan variabel lain�. Adapun alat
pengumpul datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan
analisis datanya menggunakan reduksi, display dan kongklusi data.
Manajemen pendidikan merupakan
interaksi antara berbagai komponen pengajaran yang pada hakikatnya dapat
dikelompokkan ke dalam tiga komponen utama, yakni pembina/pendidik, isi atau
materi pelajaran, dan santri (Mustaqim, 2018). Interaksi
antara ketiga komponen tersebut tentu juga melibatkan beberapa unsur lainnya
seperti sarana dan prasarana, metode, media, penataan lingkungan tempat
belajar, pembiayaan dan sistem evaluasi. Ada kecenderungan dewasa ini, untuk
kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik dan menyenangkan jika
lingkungan diciptakan secara ilmiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya (Sinaga & Silaban, 2020). Pembelajaran
yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang (Maaruf, n.d.).
Dalam proses pembelajaran atau
pendidikan, pendidik mempunyai eksistensi dalam membantu perkembangan santri
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dalam
berbagai potensi yang dimilikinya akan berkembang secara optimal tanpa bantuan
pendidik. Untuk itu seorang pendidik harus memperhatikan santri secara
individual maupun kelompok, karena antara sesama santri memiliki perbedaan yang
sangat mendasar, baik dari segi bakat, minat, dan kecerdasan, maupun dari segi
latar belakang pendidikan orang tuanya, sosial dan ekonomi, serta kebiasaan di
rumah, karena semua hal itu akan memberikan pengaruh kepada santri.
Keberhasilan santri dalam belajar, juga ditentukan oleh strategi pembelajaran
yang dilakukan oleh pendidik (Maulana, 2018).
Berdasarkan penelitian dapat
dijelaskan bahwa kegiatan Posaharuka santri di MA Al-Huda Kecamatan Pameungpeuk
meliputi perencanaan, proses pembelajaran dan hasil belajar. Perencanaan di MA
Al-Huda diketahui mulai dari adanya visi dan misi madrasah, penataan pendidik,
pengajar pembina, pembimbing, pengasuh, dan muatan kurikulum. Pada proses
pembelajaran kegiatan Posaharuka mengenai manajemen belajar, dan metode
mengajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan, visi dan misi madrasah. Sementara
ketika berbicara hasil belajar lebih kepada mengenai perwujudan mental dan
kemandirian santri dan prestasi yang dicapai.
�������� Adapun dalam pembinaan,
pendidik/bidang kesiswaan melalui kegiatan Posaharuka di MA Al-Huda tersebut
diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Perencanaan
Kegiatan Posaharuka
Berdasarkan
hasil wawancara pada saat yang sama dalam menyusun perencanaan kegiatan
Posaharuka yang dimaksud, penulis dalam menyajikan analisis dan perencanaannya
menggunakan teori.
Tipe
perencanaan berdasarkan waktu yaitu :
Pembelajaran melalui kegiatan
Posaharuka di MA Al-Huda dalam pelaksanaannya memiliki tujuan utama yakni
sebagai upaya untuk meningkatkan akhlak mulia dan menumbuhkan mental percaya
diri serta kemandirian santri, oleh karena itu yang menjadi langkah pertama
yang dilakukan adalah dengan menyusun perencanaan pembelajaran. Rencana
pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang menjadi harapan. Rencana� pelaksanaan pada hakikatnya� merupakan perencanaan jangka pendek untuk
memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilaksanakan atau dilakukan,
Dengan demikian rencana pelaksanaan adalah upaya untuk memperkirakan tindakan
yang akan dilakukan dalam tindakan (Vidiarti, Zulhaini, & Andrizal, 2019).Perencanaan
pembelajaran merupakan tahapan penting yang harus dilakukan pendidik sebelum
mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan akhir
pembelajaran. Pembelajaran bukan sekedar aktivitas rutin pendidikan tetapi
merupakan komunikasi edukatif yang penuh pesan, sistematik, prosedural, dan
sarat tujuan. Karena itu, ia harus dipersiapkan secara cermat.
������� Perencanaan pembelajaran adalah suatu
proses pembuatan rencana, model, pola, bentuk, konstruksi yang melibatkan
pendidik, santri serta fasilitas lain yang dibutuhkan yang tersusun secara
sistematis agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Abror, 2020). Dengan
demikian pengelola harus mempersiapkannya dengan maksimal dan penuh
perhitungan.Perencanaan adalah proses awal dalam pembelajaran untuk penentuan
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai sehingga menghasilkan pembelajaran yang
seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan pada dasarnya menentukan kegiatan
yang hendak dilakukan pada masa depan. Karena dengan adanya perencanaan proses
pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan (Hakim, 2020).
Keberhasilan pembelajaran
merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (Mardhiyah, Aldriani, Chitta, &
Zulfikar, 2021). Pengembangan
pembelajaran juga sangat penting dalam program pembelajaran di madrasah
termasuk dalam kegiatan Posaharuka. Di dalam madrasah, sebelum pembelajaran
dilaksanakan, pendidik/pengajar harus membuat perencanaan pengajaran yang
meliputi program tahunan, program semester dan satuan pelajaran. Hal ini
dimaksudkan agar pelaksanaan pembelajarannya sesuai dengan tahapan pembelajaran
dan dapat berjalan dengan lancar sehingga lebih efektif dan efisien (Mardhiyah et al., 2021).
SIMPULAN
���������� Dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan akhlak mulia, menumbuhkan mental percaya
diri serta kemandirian santri dengan pembelajaran melalui kegiatan Posaharuka
tersebut harus memperhatikan fungsi-fungsi manajemen pendidikan baik dari
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun faktor pendukung dan penghambat. Perencanaan pembelajaran Posaharuka dilakukan untuk meningkatkan akhlak
mulia,menumbuhkan mental percaya diri dan kemandirian santri meliputi dengan
kurikulum mandiri,pelaksanaan pembelajaran Posaharuka untuk meningkatkan akhlak mulia,
menumbuhkan mental percaya diri dan kemandirian santri yang telah disusun
secara sistematis,
evaluasi pembelajaran Posaharuka melakukan sistem
penilaian berupa proses pembelajaran dan hasil belajar yang di dalamnya
dilakukan evaluasi langsung dan tidak langsung, pengamatan dan motivasi secara
berkala.faktor penunjang dan penghambat dalam manajemen pendidikan melalui
pembelajaran
Posaharuka di MA Al-Huda. Mendapat dukungan penuh dari
kepala sekolah dan solusi dari berbagai hambatan.
REFERENCES
Abror,
Darul. (2020). Kurikulum Pesantren (Model Integrasi Pembelajaran Salaf Dan
Khalaf). Deepublish.
AK, Warul Walidin, & ZA,
Tabrani. (2015). Metodologi penelitian kualitatif & grounded theory.
FTK Ar-Raniry Press.
Amsari, Dina. (2018).
Implikasi teori belajar E. Thorndike (Behavioristik) dalam pembelajaran
matematika. Jurnal Basicedu, 2(2), 52�60.
Batlajery, Semuel. (2016).
Penerapan fungsi-fungsi manajemen pada aparatur pemerintahan Kampung Tambat
Kabupaten Merauke. Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial, 7(2),
135�155.
Faizah, Silviana Nur. (2017).
Hakikat belajar dan pembelajaran. At-Thullab: Jurnal Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, 1(2), 175�185.
Fathurrohman, Muhammad.
(2017). Belajar dan pembelajaran modern: konsep dasar, inovasi dan teori
pembelajaran. Garudhawaca.
Hakim, Abd. (2020). Perencanaan
Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Indonesia. SCHOLASTICA: Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 2(2), 155�167.
Hidayat, Aep, Sauri, Sofyan,
& Setiawan, Marwan. (2022). Manajemen Pembelajaran Latihan Tabligh Untuk
Menumbuhkan Mental Percaya Diri Santri. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan,
8(5), 123�136.
Maaruf, Zuhdi. (n.d.). PENDEKATAN
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS
KOMPETENSI.
Mardhiyah, Rifa Hanifa,
Aldriani, Sekar Nurul Fajriyah, Chitta, Febyana, & Zulfikar, Muhamad Rizal.
(2021). Pentingnya keterampilan belajar di abad 21 sebagai tuntutan dalam
pengembangan sumber daya manusia. Lectura: Jurnal Pendidikan, 12(1),
29�40.
Maulana, Mohk Nindita Rizal.
(2018). PERAN ASATID DALAM MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS SANTRI MELALUI
KEGIATAN SPIRITUAL DI PONDOK PESANTREN NURUL ULUM SUTOJAYAN BLITAR.
Mulyadi, Mohammad. (2012).
Riset desain dalam metodologi penelitian. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media,
16(1), 71�80.
Mustaqim, Muh. (2018). Interaksi
Guru Fikih dengan Peserta Didik dalam Menumbuhkan Kesadaran Beribadah di Mts
Pondok Pesantren Yasrib Lapajung Kabupten Soppeng. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Rizqiyana, Fita. (2020). Implementasi
Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Di MTs Darul Ulum Bandungharjo Donorojo Jepara. IAIN KUDUS.
Rukajat, Ajat. (2018). Pendekatan
Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach. Deepublish.
Sinaga, Marudut, &
Silaban, Saronom. (2020). Implementasi pembelajaran kontekstual untuk aktivitas
dan hasil belajar kimia siswa. Gagasan Pendidikan Indonesia, 1(1),
33�40.
SUGIARTI, RITA. (2021). MANAJEMEN
SARANA PRASARANA DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA MADRASAH
TSANAWIYAH NU RAUDLATUL MUALLIMIN WEDUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2020/2021.
UNISNU Jepara.
Vidiarti, Erni, Zulhaini,
Zulhaini, & Andrizal, Andrizal. (2019). Analisis Kemampuan Guru Pendidikan
Agama Islam dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Kurikulum
2013. J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5(2).