PENGARUH AGAMA TERHADAP KESEHATAN MENTAL

 

Sulistianingsih1, Abib Taupik Paizin2, Salman Mubarok3, Tsamrotul Fitriyah4, Yovian Yustiko Prasetya5

Program Studi Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon dan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah, Universitas Nahdhatul Ulama Cirebon

Email: [email protected]

 

ARTICLE INFO

ABSTRACT

Date received : 03-09-2022

Revision date : 11-09-2022

Date received : 20-09-2022

Kesehatan mental sangat berhubungan erat dengan agama dimana keduanya sama-sama berkaitan dengan hati dan ketenangan jiwa. Agama yang merupakan pegangan hidup manusia menjadi penenang hati manusia dan menjadi sandaran manusia dalam mengatasi permsalahan hidup.Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan fungsi agama terhadap kesehatan mental (2) pendapat para ahli tentang peran agama bagi kesehatan mental (3) kesehatan mental dalam Al-Qur�an (4) implikasi peran Agama bagi kesehatan mental terhadap pendidikan Agama.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi. Data dianalisis menggunakan teknik analisis isi (content analysis) yaitu menganalisis isi buku dan jurnal tentang kesehatan mental dan pengaruh agama terhadap kesehatan mental. Selain itu, keabsahan data diuji menggunakan triangulasi sumber dan peningkatan ketekunan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh agama berpengaruh terhadap kesehatan mental, agama memainkan peran penting sebagai penentu pengaturan diri. Menurut Zakiah Daradjat (1982) dalam (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018), salah satu cita rasa agama adalah� terapi (penyembuhan) gangguan jiwa.

 

ABSTRACT

Mental health is very closely related to religion where both have a heart and peace of mind. Religion, which is the grip of human life, calms the human heart and becomes human support in overcoming life's problems.The purposes of this study are (1) to describe the function of religion on mental health (2) expert opinion on the role of religion on mental health (3) mental health in the Qur'an (4) related to the role of religion in religious education.This study uses an approach to the type of library research. Data collection is done by using documentation techniques. Data analysis used content analysis techniques, namely analyzing the contents of books and journals on mental health and the influence of religion on mental health. In addition, data validity was tested using source triangulation and persistence persistence.The results showed that the influence of religion on mental health, religion plays an important role as a determinant of self-regulation. According to Zakiah Daradjat (1982) in (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018), one of the tastes of religion is therapy (healing) for mental disorders.

 

 

 

Kata Kunci:

Pengaruh Agama, Kesehatan, Mental

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords:

Influence of Religion, Health, Mental

 

 


 

 

PENDAHULUAN

Kesehatan mental sangat berhubungan erat dengan agama dimana keduanya sama-sama berkaitan dengan hati dan ketenangan jiwa (Fakhriyani, 2019). Badudu dan Zain (2001: 1031) dalam (Pustaka, Pemikiran, & Hipotesis, 2012) adalah sebagai berikut: �Pengaruh adalah (1) kekuatan untuk membuat sesuatu terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain; (3) dan tunduk atau patuh karena otoritas atau kekuasaan orang lain. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah suatu kekuatan yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.

Pengertian agama menurut J.HLeuba, (dalam Sururin, 2004:4). Agama adalah cara berperilaku, seperti sistem kepercayaan atau seperti emosi tertentu. Sementara itu, definisi Thouless tentang agama adalah hubungan aktual yang dirasakan dengan apa yang diyakininya sebagai makhluk atau makhluk yang lebih besar dari manusia (Konsep, Swt, Tinggi, & Kunci, 2017).

����������� Joesef Sou�yb 1983 dalam (Pujiati, 2018) agama merupakan suatu hal yang harus di ketahui makna yang terkandung di dalamnya, dan agama tersebut berpijak kepada suatu kodrat kejiwaan yang berupa keyakinan, sehingga dengan demikian, kuat atau rapuhnya agama bergantung kepada sejauhmana keyakinan itu ketentraman dalam jiwa. Definisi terhadap dalam KBBI mempunyai arti 'kata depan untuk menandai arah; kepada; lawan.

����������� Kesehatan mental merupakan aspek kehidupan yang sangat mesra dan penting, karena dengan kesehatan mental, kehidupan akan berjalan lancar dan wajar. ), baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, karir dan aspek kehidupan lainnya (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018).

�� Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui pengaruh agama terhadap kesehatan mental. Manfaat praktis yang didapat adalah memberikan informasi dalam menjaga kesehatan mental, sehingga manusia dapat menjalankan hidupnya dengan sehat (Tristanto, 2020).

 

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis library research. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000: 3) dalam (Danial, 2015) penelitian kualitatif adalah �suatu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan manusia dan perilaku yang mungkin. teramati�.

Penelitian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode perpustakaan dalam pengumpulan data, pembacaan dan pencatatan, serta pengolahan bahan penelitian. Ini adalah penelitian yang menggunakan sumber kepustakaan untuk memperoleh data penelitian(Kholdani, 2011).

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan studi pustaka. Langkah penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber perpustakaan, baik primer maupun sekunder (Sari, 2020).

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.  Fungsi Agama Terhadap Kesehatan Mental

Agama sebagai bentuk kepercayaan manusia terhadap sesuatu Kekuasaan (Adi Kodrati) menyertai semua bidang kehidupan manusia, baik kehidupan manusia individu maupun kehidupan komunal, baik kehidupan material maupun spiritual, baik duniawi maupun akhirat. Agama (Islam) adalah cara hidup yang lengkap. Tidak ada wilayah dalam kehidupan manusia yang tidak tersentuh oleh ajaran agama (Islam). (Pujiati, 2018)

Menurut fitrahnya, manusia mahluk beragama (homo religius) yaitu mahluk yang memiliki rasa keagamaan, dan kemampuan untuk memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama. Kefitrahannya inilah yang membedakan manusia dari hewan, dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau kemualiaannya di sisi Tuhan. (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018).

(Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018)� menyatakan bahwa agama pedoman hidup manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut.

a.   Memelihara Fitrah

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, bersih dari dosa dan kenajisan. Namun karena manusia memiliki hawa nafsu (naluri dan dorongan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya) dan ada pihak luar yang selalu berusaha menipu dan menyesatkan manusia dari kebenaran yaitu setan, maka manusia sering melakukan perbuatan dosa. Agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya dan terhindar dari godaan setan (tetap suci), manusia harus beragama atau takut kepada Allah. Jika seseorang takut kepada Allah, itu berarti dia telah menjaga fitrahnya yang sebenarnya dan merupakan salah satu penerima manfaat dari Allah.

b.   Memelihara Jiwa

Agama sangat menghormati harkat dan martabat manusia. Untuk menjaga kemuliaan jiwa manusia, agama melarang dan melarang manusia dianiaya, disiksa, dan dibunuh.

c.   Memelihara Akal

Allah telah menganugerahkan karunia kepada manusia tanpa harus memberikannya kepada makhluk lain, yaitu akal. Untuk itu, manusia memiliki: (a) kemampuan membedakan yang baik dan yang jahat, atau memahami dan menerima nilai-nilai, dan (b) mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau mengembangkan agama; Budaya. Berkat kemampuan inilah manusia dapat berkembang menjadi makhluk yang beradab (beradab).

Karena pentingnya peran akal, agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk mengembangkan dan memeliharanya, yaitu agar manusia: (a) mensyukuri nikmat akal, memanfaatkannya secara optimal untuk berpikir, belajar atau mencari ilmu. : dan (b) menjaga diri dari perilaku yang merusak pikiran, seperti: minum (Miras). penggunaan narkoba ilegal, penggunaan narkoba (Naza) dan hal-hal lain yang mengganggu fungsi akal sehat.

d.   Memelihara Keturunan

Agama mengajarkan orang bagaimana mempertahankan garis keturunan ilahi atau sistem regenerasi. Aturan atau norma agama untuk memelihara anak adalah pernikahan. Perkawinan adalah upacara keagamaan yang sakral (suci), yang harus dilakukan oleh seorang pria dan wanita sebelum memiliki hubungan darah sebagai suami istri. Pernikahan ini bertujuan untuk menciptakan keluarga sakinah (damai, nyaman), mawaddah (cinta, saling menghormati) dan rahmah (menerima banyak hadiah dari Allah).

 

2.  Pendapat Para Ahli Tentang Peran Agama Bagi Kesehatan Mental

Menurut Zakiah Daradjat (1982) dalam (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018), salah satu cita rasa agama adalah� terapi (penyembuhan) gangguan jiwa. Mempraktikkan agama dalam kehidupan sehari-hari melindungi orang dari gangguan mental dan juga dapat memulihkan kesehatan mental orang yang cemas (Andini, Aprilia, & Distina, 2021). Semakin dekat seseorang dengan Tuhan dan semakin banyak beribadah, semakin tentram jiwanya dan semakin besar kemungkinannya menghadapi kekecewaan, kesulitan, dan rintangan dalam hidup (Sukarni, 2017). Begitu pula sebaliknya, semakin jauh seseorang dari agama, semakin sulit baginya untuk menemukan kedamaian dalam batin.

(Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018) mengutip �(Voices for Reform, 27 November 1997) Tarmizi Taher dalam ceramahnya yang berjudul �Lakukan Kemakmuran, dan Hormati Harmoni di Abad 21.� : Indonesia Muslim Perspectives� dalam Georgetown USA, mempresentasikan konsekuensi dari penekanan nilai-nilai - ketika tidak ada agama dalam kehidupan modern, kita menyaksikan penyebaran kejahatan seperti: penyebaran kemiskinan dan tunawisma di kota-kota besar, penyebaran pornografi dan prostitusi. , HIV dan AIDS;� penyalahgunaan narkoba yang merajalela; keberadaan kejahatan terorganisir mengganggu rumah tangga hingga� 67% di negara-negara modern; ribuan kematian akibat kelaparan di Afrika dan Asia, di tengah melimpahnya barang-barang konsumsi di� belahan bumi utara.

M. Surya (1977) dalam (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018) berpendapat bahwa agama memainkan peran penting sebagai penentu pengaturan diri. Hal ini diakui oleh dokter, psikiater, pendeta dan konselor agama sebagai faktor penting dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan mental. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dengan mengurangi konflik, frustrasi dan stres lainnya, serta memberikan suasana damai dan tenang (Setiawan, Solikhina, & Nada, 2022).

3.  Kesehatan Mental Dalam Al-Qur�an

Dalam (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018) mengenal kaitan antara keimanan kepada Tuhan dan pengamalan ajaran-Nya dengan kesehatan mental, dalam Al-quran banyak ayat yang menunjukkan hal tersebut, seperti:

a.   Surat At-Tiin mengisyaratkan

bahwa "manusia akan mengalami kehidupan yang hina/jatuh martabatnya (asfala-saofillin), termasuk juga kehidupan psikologis yang tidak nyaman (mentalnya tidak sehat) kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh (berbuat kebajikan)."

b.   Senada dengan surat At-Tiin adalah surat Al-'Ashr

yaitu bahwa "semua manusia itu merugi (celaka hidupnya, tidak tenteram, atau perasaan resah dan gelisah) kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan saling mewasiati dengan kebenaran dan kesabaran."

c.   Surat Ar-Ra'du:28

Yaitu, orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berzikir kepada Allah-lah, hati akan menjadi tenteram (bahagia)." Makna zikir di sini adalah:

d.   Surat Al-Baqoroh:112

"Tidaklah demikian, bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang la berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhan-Nya, dan tidak ada kekhawatiran atau kecemasan dan tidak pula kesedihan bagi mereka."

e.   Surat Al-Ahqof:13

"Sesungguhnya orang yang menyatakan Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istiqomah (teguh pendirian dalam keimanan kepada Allah dan menjalankan syariat-Nya), maka tidak ada kekhawatiran bagi mereka, dan tidak pula berduka cita."

f.    Surat Al-Israa: 82

"Dan Kami menurunkan dari Al-Quran, sebagai obat (penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."

g.   Surat Yunus: 57

"Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu 'mauidhah' (nasihat) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada (syifaaun limaa fish shuduur), petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."

 

4.  Implikasi Peran Agama Bagi Kesehatan Mental Terhadap Pendidikan Agama

��� ����� Gangguan kesehatan mental dapat menyebabkan kecemasan seseorang dalam kehidupan sehari-hari (Hulandari & Laturette, 2021).Terkadang masalah kecil bisa berubah menjadi masalah besar, sedangkan bagi orang lain masalah ini tidak begitu besar (Zuama, 2014). Intensitas perasaan seperti itu biasanya membuat seseorang gelisah, tidak bisa tidur, kurang nafsu makan, dll (Zaini, 2019). Orang yang emosinya terganggu mempengaruhi kesehatan mentalnya sehingga tidak merasakan nikmatnya hidup, tidak bahagia dan tidak tentram dalam hidupnya (Wardani, 2021).

���� ������ Uraian di atas menjelaskan pentingnya agama dalam kesehatan mental. Atas dasar itu, merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi bagi anak-anak untuk belajar agama. Mengenai pendidikan agama ini, Dadang Hawari (1997:167) dalam (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018) mengatakan: �Bagaimanapun perubahan sosial budaya terjadi, pendidikan agama harus selalu diutamakan. Karena di dalamnya terkandung pedoman moral, etika dan hidup sehat yang bersifat universal dan abadi.�

����������� Maksud pendidikan agama di sini bukan hanya memberikan pelajaran agama kepada anak, akan tetapi yang terpokok adalah terkait dengan penanaman keimanan kepada Tuhan, pembiasaan mematuhi dan memelihara nilai-nilai, atau kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama (menjalankan perintah atau kewajiban. dan menjauhi larangan atau yang diharamkan Allah). (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018).

����������� Untuk itu, maka kepada anak perlu dijelaskan tentang apa yang: (1) diperintahkan Allah kepada manusia, seperti: shalat, zakat, shaum, haji, berdoa, berbuat baik kepada sesama manusia (terutama kepada kedua orang tua), menuntut ilmu (belajar), bertutur kata yang sopan, dan berperilaku jujur, dan (2) yang dilarang atau diharamkan Allah, seperti: memakan makanan atau meminum minuman yang haram, berdusta, mencuri, berzina (free sex), LGBT (Lesbian, Gay Biseksual, dan Transgender), membunuh, bermusuh musuhan (tawuran), bersikap hasud, dan sebagainya. (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018)

����������� Agar penanaman kaidah-kaidah agama tersebut mudah diamalkan oleh anak, maka cara yang paling ampuh untuk ditempuh orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya adalah memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anak. Pendidikan agama ini perlu diberikan kepada anak sejak kecil (usia dini atau masa pra-sekolah), karena nilai-nilai agama yang terinternalisasi atau mempribadi sejak kecil akan menjadi benteng moral yang kokoh, dan mampu mengontrol tingkah laku dan jalan kehidupannya, serta menjadi obat anti penyakit (gangguan jiwa). (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018)

����������� (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018) dalam bukunya menyatakan pendidikan agama ini perlu diberikan kepada anak sejak kecil (usia dini atau masa pra-sekolah), karena nilai-nilai agama yang terinternalisasi atau mempribadi sejak kecil akan menjadi benteng moral yang kokoh, dan mampu mengontrol tingkah laku dan jalan kehidupannya, serta menjadi obat anti penyakit (gangguan jiwa). Terkait dengan pentingnya pendidikan agama bagi anak, Zakiah Daradjat (1982:57) mengemukakan bahwa agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak akan menjadi bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, yang dapat menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan yang timbul. Keyakinan terhadap agama akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam. Agar pendidikan agama ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka semua pihak yang terkait orang tua, para pendidik (dosen atau guru), para tokoh masyarakat, para kiai ajengan/ustaz, dan pemerintah-harus bekerja sama dalam menanamkan nilai-nilai agama, baik melalui bimbingan, pengajaran, pembiasaan, maupun contoh-contoh (teladan), serta berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan atau menumpast berbagai sumber-sumber dekadensi moral yang terjadi di masyarakat.

 

SIMPULAN

Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara Keturunan.

����������� Menurut Zakiah Daradjat (1982) dalam (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018), salah satu cita rasa agama adalah� terapi (penyembuhan) gangguan jiwa. Mempraktikkan agama dalam kehidupan sehari-hari melindungi orang dari gangguan mental dan juga dapat memulihkan kesehatan mental orang yang cemas. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan dan semakin banyak beribadah, semakin tentram jiwanya dan semakin besar kemungkinannya menghadapi kekecewaan, kesulitan, dan rintangan dalam hidup. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh seseorang dari agama, semakin sulit baginya untuk menemukan kedamaian dalam batin.

Dalam (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018) mengenal kaitan antara keimanan kepada Tuhan dan pengamalan ajaran-Nya dengan kesehatan mental, dalam Al-quran banyak ayat yang menunjukkan hal tersebut, seperti: Surat At-Tiin, Al-'Ashr, Ar-Ra'du:28, Al-Baqoroh:112, Al-Ahqof:13, Al-Israa: 82 dan pada surat Yunus: 57.

�� (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018) dalam bukunya menyatakan pendidikan agama ini perlu diberikan kepada anak sejak kecil (usia dini atau masa pra-sekolah), karena nilai-nilai agama yang terinternalisasi atau mempribadi sejak kecil akan menjadi benteng moral yang kokoh, dan mampu mengontrol tingkah laku dan jalan kehidupannya, serta menjadi obat anti penyakit (gangguan jiwa).

 

REFERENCES

 

Andini, Mutiara, Aprilia, Djumi, & Distina, Primalita Putri. (2021). Kontribusi Psikoterapi Islam bagi Kesehatan Mental. Psychosophia: Journal of Psychology, Religion, and Humanity, 3(2), 165�187. Google Scholar

 

Danial, Endang. (2015). Metode Dokumentasi. Universitas Pendidikan Indonesia, 127.

Fakhriyani, Diana Vidya. (2019). Kesehatan Mental (Vol. 124). Duta Media Publishing.

Hulandari, Putri, & Laturette, Adonia Ivone. (2021). Kajian Yuridis Terhadap Pelaksanaan Reklamasi di Teluk Ambon Baguala. TATOHI: Jurnal Ilmu Hukum, 1(2), 96�109.

 

Kholdani, Asef. (2011). ،یروصنموبا ةمانهاش رب یهاگن 2 یناولهپ نابز و 1 یسودرف .34. 34�41.

Konsep, Abstrak, Swt, Allah, Tinggi, Yang Maha, & Kunci, Kata. (2017). Editorial Healthy Tadulako Journal (Abdul Hamid : 1-14) 1. 3(1), 1�14.

 

Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N. (2018). Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama. Bandung.

 

Pujiati, Yatim. (2018). Fungsi Agama Terhadap Kesehatan Mental Menurut Zakiah Daradjat. Skripsi, 105.

 

Pustaka, Kajian, Pemikiran, Kerangka, & Hipotesis, D. A. N. (2012). No Title. 14�86.

Sari, Gurita Arum. (2020). Dampak Sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Daring Akibat Covid-19 Terhadap Siswa. Jurnal IKA PGSD (Ikatan Alumni PGSD) UNARS, 8(2), 462�470.

 

Setiawan, Heru, Solikhina, Ibadillahhis, & Nada, Ummi Ni�matun. (2022). KONTRIBUSI AGAMA DALAM KESEHATAN MENTAL. Aktualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 12(1).

 

Sukarni, S. (2017). Dzikir Dan Doa Bagi Ketenangan Jiwa Santri Di Pondok Pesantren As Salafiyah Kelurahan Srengsem Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. UIN Raden Intan Lampung.

 

Tristanto, Aris. (2020). Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (dkjps) dalam pelayanan sosial lanjut usia pada masa pandemi Covid-19. Sosio Informa: Kajian Permasalahan Sosial Dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 6(2), 205�222.

 

Wardani, Tita Aniko. (2021). Studi pemikiran Zakiah Daradjat tentang kesehatan mental: Konsep, aplikasi, dan implikasinya dalam pendidikan agama Islam.

 

Zaini, Mad. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA MASALAH PSIKOSOSIAL di pelayanan klinis dan komunitas. Deepublish.

 

Zuama, Shofiyanti Nur. (2014). Kemampuan mengelola stres akademik pada mahasiswa yang sedang skripsi angkatan 2009 program studi PG PAUD. Kreatif, 17(2).

�


 

Copyright holder:

Sulistianingsih1, Abib Taupik Paizin2, Salman Mubarok3, Tsamrotul Fitriyah4, Yovian Yustiko Prasetya5 (2022)

 

First publication right:

Journal Edunity

 

This article is licensed under:

WhatsApp Image 2021-06-26 at 17